Selain itu, Ibnul Qayyim rahimahullah juga pernah berkata,
“Setiap maksiat yang dijelek-jelekkan pada saudaramu, maka itu akan kembali padamu. Maksudnya, engkau bisa dipastikan melakukan dosa tersebut.” (Madarijus Salikin, 1: 176).
Baca Juga: Sering Diejek Lemot, Ini 7 Cara Mencegah Kabut Otak
Baca Juga: Terbaring Lemah dengan Selang di Hidung, Gary Iskak Mengidap Kanker Hati
Hadits di atas bukan maknanya adalah dilarang mengingkari kemungkaran. Ta’yir (menjelek-jelekkan) yang disebutkan
Dalam hadits ini berbeda dengan mengingkari kemungkaran, menjelek-jelekkan mengandung kesombongan (meremehkan orang lain) dan merasa diri telah bersih dari dosa.
Sedangkan mengingkari kemungkaran dilakukan lillahi Ta’ala, ikhlas karena Allah SWT, bukan karena kesombongan.
Lihat Al-‘Urf Asy-Syadzi Syarh Sunan At-Tirmidzi oleh Muhammad Anwar Syah Ibnu Mu’azhom Syah Al-Kasymiri.
Bedakan antara menasihati dengan menjelek-jelekkan, karena menasihat ingin orang lain jadi baik. Kalau menjelek-jelekkan ada unsur kesombongan dan merasa diri lebih baik dari orang lain.
Baca Juga: Diupayakan Akan Dibuka Akhir Juni, Berikut Lembaga yang Telah Umumkan Formasi Penerimaan CPNS 2021
Artikel Rekomendasi