Wamenkes Sebut Sinovac dan AstraZeneca Ampuh Lawan Varian Baru Virus, Berikut Perbedaan Kedua Vaksin Ini!

- 18 Juni 2021, 16:25 WIB
Wamenkes Dante Saksono Harbuwono.
Wamenkes Dante Saksono Harbuwono. /Tangkapan layar YouTube/ Sekretariat Kabinet RI

PRMN Metro Palembang News – Masuknya tiga varian corona baru ke Indonesia membuat banyak masyarakat mempertanyakan kemanjuran dari dua jenis vaksin yang tengah digalakan seluruh tenaga medis.

Hadirnya varian B.117 Inggris, B.1315 Afsel (Beta), dan B.1617 (Delta) saja sudah membuat pihak lebih wanti-wanti atas penularan yang terjadi.

Berdasarkan keterangan WHO ketiga varian ini masuk dalam jenis Variant of Concern atau jenis yang memiliki peringatan penularan lebih cepat.

Menanggapi kekhawatiran yang dirasakan oleh masyarakat, Wamenkes Denta Saksono Harbuwono, angkat bicara soal keampuhan vaksin Sinovac dan AstraZeneca, yang masih gencar digunakan

Menurutnya resistansi atau ketahanan penerima kedua vaksin akan sama saja, meski terhadap varian baru corona.

Baca Juga: Anggap Jokowi Prabowo Pantas Maju Pilpres 2021, Arief Poyuono : Bukan Pasangan yang Tepat

Baca Juga: Perlu Diperhatikan, Penerapkan Protokol Kesehatan Jadi Ukuran Keberhasilan PTM

Dirinya menegaskan, Bahwa dosis kedua vaksin yang santer dipakai itu masih terbilang efektif dalam meminimalisir gejala corona.

Namun, dirinya tidak bisa memastikan rincian dari seberapa efektif kedua vaksin ini dalam melawan penularan virus.

"Di klinik menunjukkan tidak ada resistensi dari pemberian vaksin AstraZeneca varian baru Delta, jadi varian baru Delta ini masih efektif untuk ditanggulangi dengan menggunakan vaksin AstraZeneca. Sama juga dengan Sinovac, masih efektif," kata Dante di RSUP Sanglah, Denpasar, Bali, Jumat (18/6).

Kepala Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman Prof. Amin Soebandrio juga mengungkapkan hal yang selaras. Ia memastikan vaksin yang tersedia saat ini bisa melawan semua jenis varian corona beserta mutasinya.

Hanya saja, efikasi vaksin itu mengalami penurunan. "Memang ada penurunan kemanjuran, tetapi belum sampai di bawah 50 persen," pungkasnya Amin.

Berdasarkan penjelasan kedua pakar di atas, perlu kita ketahui perbedaan antara Vaksin jenis Sinovac dan AstraZaneca.

Baca Juga: Viral di Tik Tok! Ayah Ini Tak Mampu jadi Wali Nikah Anaknya, Meski Hadir. Cristin : Aku Bersyukur dan Bahagia

Baca Juga: Dunia Hiburan Berduka, Wan Abud Pemilik Jargon 'Ente Bahlul' Meninggal

Sinovac

Secara singkat, Corona Vac atau vaksin pertama Covid-19 buatan Sinovac merupakan virus utuh yang sebelumnya telah dimatikan

Melansir WHO, cara ini biasa digunakan dalam pengembangan vaksin polio dan flu. Hal ini terbukti efikasinya.

Setelah diuji dan memenuhi standar persyaratan internasional mengenai mutu dan keamanan vaksin ini mengantongi validasi pada 1 Juni 2021 oleh WHO.

Pada vaksin ini, The Strategic Advisory Group of Experts on Immunization (SAGE) kemudian merekomendasikan penggunaan vaksin Sinovac sebanyak dua dosis (0,5 ml) yang diberikan secara

intramuskular. WHO merekomendasikan interval dua sampai empat minggu antara dosis pertama dan kedua.

Sementara Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) menyatakan efikasi CoronaVac sebesar 65,3 persen. Melalui riset awal pada tenaga kesehatan DKI Jakarta yang mwnunjukan keampuhannya sebesar 90 persen lebih.

Biasanya penggunaan CoronaVac untuk vaksin memang disertai beberapa efek samping pada orang tertentu. Efeknya bisa berupa nyeri, iritasi, kemerahan, dan pembengkakan pada bagian yang

disuntik. Sedangkan efek samping sistemik berupa myalgia atau nyeri otot, fatigue atau kelelahan, dan demam.

AstraZeneca

Berbeda dengan Sinovac, vaksin buatan Oxford dan AstraZeneca dari Inggris dikenal juga dengan nama CoviShield dan Vaxzevria.

Vaksin ini menggunakan vektor adenovirus simpanse, dengan menggunakan virus yang biasa menginfeksi simpanse, kemudian dimodifikasi secara genetik untuk memicu respons imun.

Sama seperti Sinovac WHO menyarankan penggunaan untuk AstraZeneca adalah dua dosis yang diberikan secara intramuskular, masing-masing 0,5ml dengan selang waktu delapan hingga 12 minggu.

Tingkat Efikasi vaksin ini hanya sebesar 63,09 persen terhadap infeksi SARS-CoV-2 yang bergejala, dua minggu setelah dosis kedua.

Interval dosis yang lebih lama dalam rentang delapan hingga 12 minggu disebut membuat kemanjuran vaksin menjadi lebih besar.

AstraZeneca cukup menuai kontrovesi ditengah-tengah masyarakat, karena adanya sejumlah Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi saat digunakan di Eropa. Ini merupakan pembekuan darah terutama pada penerima vaksin berusia muda.

Terkait seberapa efektifnya kedua vaksin pada varian virus baru, WHO tidak menyatakan secara detil. Namun, SAGE telah meninjau semua data yang tersedia tentang kinerja vaksin dan merekomendasikan penggunaan vaksin AstraZeneca juga Sinovac bahkan terhadap pencegahan varian virus baru. ***

Editor: Mita Rosnita

Sumber: Berbagai Sumber


Tags

Artikel Rekomendasi

Terkait

Terkini

x